Judul tulisan di atas adalah bentuk penegasan penulis bahwa latihan teknik yang terisolir tanpa lawan di sepakbola jelas masih perlu dan sangatlah penting. Dalam beberapa bulan terakhir muncul segudang pertanyaan dan tanggapan terkait tulisan sebelumnya soal Sepakbola: Dari Mata turun ke Hati. Dimana tulisan tersebut disimpulkan pembaca bahwa latihan teknik terisolir tanpa lawan tidaklah penting!
Persepsi tersebut jelas tidak sepenuhnya benar dan sesat. Kenyataannya, pada konteks tertentu latihan teknik terisolir tanpa lawan di sepakbola bisa jadi amatlah penting. Tulisan ini berusaha memberikan gambaran logika dan struktur berpikir dengan kacamata sepakbola untuk dapat mendefinisikan teknik sepakbola, latihan teknik dan konteks penggunaannya yang akurat.
Untuk menjelaskan konsep dan definisi teknik sepakbola, tidak ada yang lebih baik selain melakukan analisa aksi sepakbola. Contoh dalam suatu pertandingan FC Bayern, Thiago sedang membawa bola. Muller melihat Thiago dan melakukan KOMUNIKASI, lalu mencari ruang. Setelah KOMUNIKASI dengan Muller, Thiago ambil KEPUTUSAN dan EKSEKUSI through pass membelah back four lawan. Di saat bersamaan Muller ambil KEPUTUSAN dan EKSEKUSI untuk berlari ke ruang di belakang back 4 lawan. Terjadilah dua aksi bersamaan, yaitu aksi passing dan running into space.
Proses terjadinya suatu aksi di sepakbola, selalu dimulai dari komunikasi, keputusan kemudian eksekusi. Dimana basis komunikasi dan keputusan adalah taktik. Sedangkan basis dari eksekusi adalah teknik. Kesimpulannya, teknik di sepakbola adalah eksekusi keputusan bukanlah eksekusi gerakan. Ini berbeda dengan renang indah atau loncat indah yang menggunakan teknik untuk mengeksekusi gerakan.
Berangkat dari definisi teknik sepakbola yang merupakan eksekusi keputusan, maka tentunya latihan teknik sepakbola juga tidak boleh dilepaskan dari konteks komunikasi dan membuat keputusan. Ini berarti secara filosofis, latihan teknik sepakbola yang ideal adalah yang menggunakan lawan!
Latihan Tanpa Lawan?
Pertanyaannya, masihkah latihan teknik terisolir tanpa lawan diperlukan? Jawabannya jelas masih diperlukan. Ada dua skenario kondisi dan factor eksternal yang membuat latihan teknik terisolir menjadi amat penting dan menentukan.
Pertama, saat pelatih sesuai kebutuhan latihannya memang sengaja ingin mengistirahatkan kerja otak. Sehingga pemain sengaja meminta pemainnya untuk mengeksekusi gerakan tanpa terlebih dahulu harus ambil keputusan. Contoh yang sering terjadi adalah pada post match recovery training atau pada latihan perdana pasca libur. Pasca pertandingan atau pasca libur, terkadang pelatih merasa perlu pemainnya memulihkan kondisinya dengan bola tanpa harus banyak berpikir dan ambil keputusan. Tak heran pemain dunia sekalipun masih melakukan latihan teknik terisolir.
Kedua, latihan teknik terisolir jelas diperlukan oleh pesepakbola pemula yang belum bisa mengeksekusi keputusan. Dengan kata lain, mengeksekusi gerakan sudah menjadi masalah besar bagi pemain. Apalagi bila pemain tersebut harus berkomunikasi, lalu menganalisa dan mengambil keputusan terlebih dahulu.
Pada kasus pemain pemula di atas, latihan teknik terisolir tanpa lawan jelas wajib hukumnya dan tidak dapat dihindari. Meski demikian pada aplikasinya juga harus dengan cermat. Jangan sampai pada akhirnya latihan teknik terisolir tanpa lawan ini diaplikasikan dengan logika yang keluar dari filosofi sepakbola itu sendiri. Beberapa hal penting yang patut dicatat dalam aplikasi kasus ini adalah:
Dari 11v11 ke 1v0, bukan sebaliknya.
Konsep belajar yang dikedepankan di sini adalah konsep whole-part-whole. Artinya pemain lebih mudah belajar dengan memahami konsep keseluruhan, kemudian masuk ke detail potongan sebelum kembali ke keseluruhan. Pada kasus pemain pemula katakanlah usia 8 tahun, tentu tidak dimulai dari 11v11. Tetapi dimulai dari bentuk permainan terkecil 4v4.
Jadi proses analisa kemampuan pemain juga tidak dimulai dari 1v0, tetapi dari 4v4. Dengan memulai dari 4v4, pemain bisa merefleksikan kesulitan yang dialami di permainan tersebut dan memahami sebabnya. Melihat pemain hancur di 4v4, pelatih kemudian menyederhanakannya ke 4v3, 4v2, 4v1, 4v0, 3v0, 2v0 bahkan 1v0. Selama proses tersebut lagi-lagi pemain terus merfleksikan kesulitan dan penyebabnya.
Proses refleksi ini akan memudahkan pemain jika pada akhirnya harus mulai berlatih teknik terisolir tanpa lawan 1v0. Lewat proses ini pemain tidak cuma memahami “apa” dalam 1v0, tetapi juga “mengapa”. Artinya saat pemain berlatih capping melewati cone, pemain bukan sekedar mengikuti perintah pelatih. Melainkan ia bisa berimajinasi melakukannya dengan lawan, karena telah mengalami proses dari mulai game 4v4.
Jangan Asal Seragam
Persoalan berikutnya dari aplikasi latihan teknik terisolir pada pemain pemula adalah menganggap kemampuan semua pemain sama. Saat memulai dari analisa permainan 4v4, tidak semua pemain perlu turun sampai ke level terbawah 1v0. Jika katakanlah ada 16 pemain usia 8 tahun, biasanya kemampuannya beragam. Ada pemain yang memang sangat membutuhkan latihan teknik terisolir 1v0. Ada juga pemain yang mungkin telah mampu melakukan latihan 4v1 misalnya.
Pemain yang berkemampuan lebih tentu kurang mendapat manfaat dari latihan 1v0. Sebaliknya pemain berkemampuan kurang akan setengah mati jika harus menjalani aktivitas 4v1. Pemilahan ini amat penting agar pemain bisa belajar sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Untuk itu perlu dilakukan pembagian kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kemampuannya.
Harus Berkembang
Persoalan berikut dari aplikasi latihan teknik terisolir tanpa lawan adalah pelatih lupa melakukan pengembangan. Padahal salah satu prinsip latihan terpenting adalah pemberian beban lebih. Setelah melakukan latihan 1v0 selama beberapa waktu, logikanya kemampuan pemain pasti akan meningkat. Setelah meningkat, tentu tingkat kesulitan latihan haruslah bertambah. Mungkin setelah terus mengeksekusi gerakan, pemain ini harus juga mulai mengeksekusi keputusan. Saatnya lawan bisa diperkenalkan!
Boleh dikatakan memang jarang pelatih yang kemudian berhenti dengan latihan 1v0. Penghentian progress sering terjadi dan mudah terlihat adalah pada latihan 4v2 misalnya. Dimana pemain katakanlah 14 tahun berlatih 4v2 dan sampai senior terus berlatih 4v2. Latihan yang diulang-ulang tanpa progress! Di La Masia progress latihan 4v2 terlihat dari waktu ke waktu. Barcelona U12 bermain 4v2 di area misal 15x10m. Barcelona U14 bermain 4v2 di area 12x8m. Makin tinggi level sepakbola, makin sedikit ruang dan waktu.
Teknik Tidak Berdiri Sendiri
Kembali ke filosofi bahwa teknik di sepakbola adalah eksekusi komunikasi dan keputusan, maka keberadaan teknik tidak bisa dipisahkan tersendiri dari taktik. Mitos yang mengatakan pemain pemula tidak perlu belajar taktik adalah sebuah omong kosong belaka. Tentu yang dimaksud taktik di sini bukanlah taktik yang kompleks. Melainkan konsep taktik sederhana umum yang pada akhirnya membantu proses peningkatan teknik.
Bisa dibayangkan dalam sebuah sesi latihan, seorang pelatih mengakhirinya dengan Game 4v4. Dalam game tersebut salah satu pemain memegang bola, lalu ketiga temannya menghampirinya amat dekat. Melihat hal demikian, semua lawan kemudian juga mendekat ke bola. Lapangan seluas 40x20m praktis hanya digunakan seperempatnya. Akibatnya dribbling, passing ataupun kontrolpun menjadi begitu sulit dilakukan. Adakah momen belajar?
Alangkah indahnya bila dalam Game 4v4 tersebut, pelatih mulai mengajarkan konsep taktik sederhana berupa posisi. Misal ajarkan pemain membuat lapangan besar saat tim kuasai bola. Tentu dalam kondisi posisi yang lebih baik pemain tetap bisa salah passing. Tapi jelas, konsep taktik sederhana ini amat membantu pemain lebih mendapatkan banyak momen belajar dribbling, passing, control, dll.
Kesimpulan
Kupasan tulisan ini diharapkan meluruskan kesalahan persepsi yang menganggap bahwa latihan teknik terisolir tanpa lawan adalah haram dan harus ditinggalkan. Sekali lagi latihan teknik terisolir tanpa lawan juga tetap diperlukan selama tidak keluar dari filosofi permainan sepakbola itu sendiri.
Dimana latihan teknik terisolir tanpa lawan dibuat tanpa memotong proses belajar dari 11v11 (4v4). Juga, latihan teknik terisolir tidak dibuat seragam tanpa melihat ragam kemampuan pemain. Di samping itu, masa pemain yang harus turun menjalani latihan teknik terisolir tidaklah abadi. Ada suatu masa dimana latihan teknik terisolir ini harus dikembangkan kompleksitasnya dengan menambah lawan.
Kesimpulan akhir dari semuanya adalah teknik di sepakbola tidak boleh berdiri sendiri. Ia selalu terkait dengan elemen lain, termasuk taktik. Justru wawasan taktik akan membantu pemain dalam memaksimalkan proses belajar teknik sepakbolanya. Sekali lagi, sepakbola selalu berawal dari mata, masuk ke otak, baru turun ke kaki!
SEKIAN
Ganesha Putera Founder KickOff! Indonesia
*Per Senin, 3 Agustus 2020, KickOff! sajikan rubrik baru bertajuk "Founder's Diary". Namanya juga diary, maka ya harus terbit setiap hari. Ya, ini semacam rangsangan berkomitmen untuk menulis setiap hari. Sebuah kebiasaan baik di masa lampau yang kini mulai pudar. Dukung usaha pelestarian kebiasaan baik ini dengan membacanya setiap hari! Selamat menikmati!