[Founder's Diary] Sepakbola itu Dari Mata Turun ke Kaki (Bagian-2)
Do not use cannon to kill a mosquito - Confusian
"Jangan membunuh nyamuk dengan senapan," seru Confusian seraya mengingatkan tentang pentingnya fungsionalitas. Memahami pengetahuan soal kegunaan suatu alat dan juga situasi yang melingkupinya.
Pada Jumat, 22 November 1963 di kota Dallas-Texas, Presiden John F. Kennedy terbunuh dalam kunjungan politik ke Texas. Ia ditembak sekali di leher kemudian mengenai tulang rusuk kanan dan bahu Gubernur Connally yang terluka, Satu tembakan mematikan di kepala dan tembakan meleset mengenai trotoar.
Sebagai orang paling berpengaruh di dunia, JFK dikawal oleh Paspampres terhebat di dunia yang bernama Secret Service. Pertanyaannya, mengapa Secret Service yang konon amat terlatih bisa kecolongan? Padahal semua tahu, Secret Service pasti memiliki kompetensi militer jempolan. Dijamin pasti jago nembak. Kalau latihan menembak ke target, pasti tepat terus. Akurat!
Penglihatan & Pengetahuan
Saya bukan ahli militer atau intelijen. Senjata terakhir yang saya pegang pun cuma pistol air muncrat murahan. Tapi menurut saya ada dua hal mendasar penyebab gagalnya Secret Service gagal menghalau terjadinya tragedi pembunuhan ini.
Pertama, Secret Service pasti tidak dapat melihat dimana posisi penembak. Sudah berusaha waspada mata memandang untuk berjaga, tetap saja tidak dapat menemukan penembak tersebut. Andai Secret Service telah melihatnya, sudah pasti tragedi ini bisa dicegah. Kedua, Secret Service melihat banyak sekali situasi. Tetapi Secret Service tidak memiliki pengetahuan tentang orang-orang mana saja yang patut dicurigai. Jika Secret Service punya pengetahuan (misal dari intelijen) tentang ciri orang pengancam negara, pasti mudah saja dilumpuhkan. Ibarat tentara jago menembak, tapi di Akmil diajari bahwa ular itu binatang yang bersahabat dengan manusia. Saat tugas di hutan, tentara ini ketemu ular. Alih-alih keluarkan senapan untuk tembak ular, ia malah mengelusnya. Plok! Tentara jago menembak ini mati dipatok ular. Teknik Fungsional
Anda pasti mulai jengkel menebak apa hubungan tulisan ini dengan sepakbola. Maaf, kali ini pengantarnya agak panjang. Gak apa! Pegiat sepakbola kadang harus belajar sedikit soal sejarah. Di sepakbola, penglihatan dan pengetahuan hirarki berada di atas eksekusi teknik. Sebab teknik di sepakbola bukanlah eksekusi gerakan. Melainkan eksekusi keputusan hasil pengetahuan dan penglihatan. Anda bilang Modric teknik passingnya bagus, tapi apa jadinya kalau Modric main bola dengan mata tertutup? Masihkah teknik passingnya tetap bagus? Sejago-jagonya Secret Service menembak, dia tak bisa menembak tanpa melihat! Contoh lagi. Si Modric itu jago dribbling, tapi pelatihnya di Real Madrid salah ngajarin. Pemain Madrid diajarin gini, "Dric, kalo ada ruangan lo oper. Kalo gak ada ruangan lo dribble!" Nah, pengetahuan yang salah akan bikin sebagus apapun tekniknya, hasilnya tetap salah. Terakhir ini ada contoh video latihan yang beredar di dunia maya. Saya sudah menonton klip itu ratusan kali, dan ratusan kali juga saya tetap tertawa. "Kok bisa pemain yang tekniknya terlihat bagus seperti itu, dilatih jadi bodoh seperti itu?" gumam saya. Ini adalah video yang kembali meyakinkan kita semua bahwa punya teknik baik itu penting, tapi penting untuk punya penglihatan dan pengetahunan untuk menggunakan teknik tersebut.
Kalau Anda tidak ketawa nonton video ini, jangan-jangan Anda termasuk golongan yang "hanya" mendewakan teknik untuk latihan sepakbola usia muda. Anda mungkin golongan yang tidak percaya kalau sepakbola itu dari mata turun ke kaki!
BERSAMBUNG
Ganesha Putera Founder KickOff! Indonesia
*Per Senin, 3 Agustus 2020, KickOff! sajikan rubrik baru bertajuk "Founder's Diary". Namanya juga diary, maka ya harus terbit setiap hari. Ya, ini semacam rangsangan berkomitmen untuk menulis setiap hari. Sebuah kebiasaan baik di masa lampau yang kini mulai pudar. Dukung usaha pelestarian kebiasaan baik ini dengan membacanya setiap hari! Selamat menikmati!