Membedah permasalahan suatu latihan atau pertandingan sepakbola, serta mencari solusinya adalah tugas seorang pelatih. Sayangnya proses analisa latihan dan pertandingan seringkali kontraproduktif. Perumusan masalah yang diharapakan juga gagal terdefinisikan dengan baik. Persoalannya adalah penggunaan referensi dan bahasa subjektif yang superfisial. Tak heran masalah sepakbola tak terdefinisi dengan tegas. Solusinya? Ya, ngambang seabstrak permasalahannya.
Kalimat “pemain tidak bermain dari hati”, “tim habis bensin” atau “si A bermain terlalu salon, lembek kali,” merupakan kalimat yang popular terucap. Jika pendefinisian masalahnya seperti itu, maka pelatih perlu membuat latihan dengan topic: “Peningkatan Kualitas Hati”, “Efisiensi Penggunan Bensin” atau “Pengerasan Individu”. Ya solusi abstrak untuk masalah yang abstrak pula.
Kata Kerja
Tentu, saat pelatih mengatakan Si A terlalu salon, ia memiliki maksud lain. Si A sebenarnya memiliki persoalan sepakbola tertentu. Hanya saja, sang pelatih tidak mampu menjelaskannya dengan bahasa yang terstruktur. Ketidakmampuan seorang pelatih menstrukturkan persoalan sepakbola dengan bahasa sepakbola merupakan problem besar. Einstein mengatakan, “kalau anda tidak bisa menjelaskan dengan sederhana, berarti anda tidak terlalu mengerti”.
Beruntunglah Jan Tamboer, seorang filsuf dalam bukunya “Football Theory” membuat semua lebih mudah. Ia menjelaskan bahwa sepakbola perlu dipandang dalam kacamata teori aksi. Dimana aksi sepakbola yang dimaksud bukanlah kata sifat atau kata benda, melainkan kata kerja. Dimana kata kerja di sini adalah aksi bukanlah gerakan. Aksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan konteks dan interaksi dengan sekitarnya. Sedangkan gerakan adalah mekanika gerak yang independen.
Di dalam kehidupan, mengangkat tangan di depan cermin adalah gerakan, tetapi mengangkat tangan menyapa kawan adalah aksi. Keduanya memiliki mekanika gerak sama. Hanya, angkat tangan menyapa kawan memiliki interaksi dengan sekitar. Itulah juga yang bedakan ayun kaki dengan passing. Di sepakbola: kawan, lawan, bola adalah sekitar. Ya, dribble, passing, control, support, pressing, covering, squeeze in, dll adalah aksi-aksi sepakbola.
Pada dasarnya performa sepakbola amat ditentukan seberapa baik aksi dilakukan, seberapa sering aksi dilakukan, serta bagaimana pemain mampu memelihara aksi baik dan sering tersebut selama 90 menit. Kualitas aksi ditentukan oleh kualitas komunikasi-keputusan-eksekusi. Sedangkan seringnya aksi (kuantitas) ditentukan oleh sedikitnya istirahat antar aksi.
Lebih Operasional
Dari pendefinisian di atas, mungkin maksud pelatih katakan “tim bensin habis” itu berarti “hanya mampu melakukan pressing di daerah lawan selama 30 menit”. Lalu “pemain salon” adalah “jalan kaki saat tim kehilangan bola.” Alih-alih menggunakan kata sifat yang superfisial dan subjektif, kini pendefinisian masalah menjadi kata kerja yang konkret dan objektif.
Definisi masalah konkret akan berujung pada solusi konkret pula. Kini pelatih perlu tingkatkan kemampuan pelihara pressing di area lawan dari 30 menit, jadi 45-60-90 menit. Bagaimana latihannya? Bermain game pressing tinggi di area lawan dengan durasi lebih panjang. Pemain salon? Pelatih perlu ajarkan posisi, timing, arah dan kecepatan transisi saat hilang bola. Caranya? Selalu lakukan coaching saat transisi negatif terjadi dalam game.
Yes, bahasa sepakbola berbasis aksi sepakbola membuat operasi sepakbola menjadi sederhana dan mudah!
BERSAMBUNG
Ganesha Putera
Founder KickOff! Indonesia
*Per Senin, 3 Agustus 2020, KickOff! sajikan rubrik baru bertajuk "Founder's Diary". Namanya juga diary, maka ya harus terbit setiap hari. Ya, ini semacam rangsangan berkomitmen untuk menulis setiap hari. Sebuah kebiasaan baik di masa lampau yang kini mulai pudar. Dukung usaha pelestarian kebiasaan baik ini dengan membacanya setiap hari! Selamat menikmati!