Di dua artikel sebelumnya, telah dijelaskan gamblang soal referensi bahasa sepakbola, serta struktur permainan sepakbola yang universal seperti dirumuskan Jan Tamboer dalam bukunya “Football Theory”. Tujuan permainan sepakbola adalah menang. Cara memenangkan permainan adalah mencetak gol lebih banyak dari pada kebobolan. Untuk mencetak gol, tim perlu menyerang. Sedang, untuk tidak kebobolan, tim perlu bertahan. Perpindahan kedua momen tersebut disebut transisi.
Momen penyerangan selalu dimulai dengan fase membangun serangan. Untuk bisa membangun serangan, tim perlu melakukan berbagai aksi sepakbola. Baik aksi menggunakan bola seperti dribble, passing, heading, control, dll. Juga aksi tanpa bola seperti menciptakan ruang, berlari ke ruang, support, dll. Setelah tim membangun, maka tim perlu menyelesaikannya. Untuk menyelesaikan serangan, terdapat aksi sepakbola seperti shooting dan heading.
Pada momen bertahan, dimulai dari fase ganggu lawan bangun serangan. Aksi sepakbola yang dilakukan pada fase ini misal: pressing, marking, covering, tackling, squeeze space, dll. Lalu pada fase cegah lawan selesaikan serangan, aksi sepakbola yang dilakukan diantaranya blocking, deflecting, catching-punching-tipping (kiper).
Klasifikasi membuat segalanya menjadi sederhana dan mudah. Ya passing dan dribbling misalnya. Kedua aksi sepakbola tersebut merupakan aksi yang terjadi pada momen menyerang fase build up. Sudah suratan takdir, bahwa passing dan dribbling tidak akan dilakukan pada momen bertahan. Sebaliknya aksi marking dan covering juga tidak akan dilakukan saat tim sedang menyerang. Setiap momen dan fase permainan sepakbola memiliki aksi sepakbolanya masing-masing.
Produksi Aksi
Setiap kali pemain melakukan aksi sepakbola apapun, terdapat mekanisme produksi yang harus dilalui. Sekali lagi mekanisme produksi ini adalah sesuatu yang objektif dan universal. Artinya berlaku untuk sepakbola junior-senior di segala penjuru dunia manapun. Lionel Messi melakukannya, tetapi pemain U10 SSB Anda juga harus melakukannya.
Bayangkanlah pada suatu momen pertandingan, Rico Simanjuntak menguasai bola di sayap kanan. Marco Motta melihat Rico kuasai bola dan sedikit ruang di belakang fullback kiri lawan. Ia memutuskan untuk lakukan overlapping run ke ruang tersebut. Rico melihat Motta melakukan overlapping run, ia kemudian memutuskan untuk melakukan passing ke Motta.
Dari momen tersebut, bisa disimpulkan bahwa dua pemain tersebut melakukan dua aksi sepakbola yang berbeda. Rico lakukan passing dan Motta lakukan running into space. Masing-masing menjalankan ritual mekanisme produksi aksi yang sama. Pertama, Motta ber-KOMUNIKASI dengan melihat Rico menguasai bola. Lalu, ia mengambil KEPUTUSAN untuk berlari ke ruang tersebut. Tentu keputusan di otak perlu di-EKSEKUSI dengan gerak berlari.
Hal yang sama dilakukan Rico. Pertama, ia ber-KOMUNIKASI dengan melihat Motta berlari ke suatu ruang. Berdasarkan komunikasi tersebut, ia MEMUTUSKAN untuk melakukan passing. Sekali lagi, keputusan di otak Rico berlanjut dengan suatu EKSEKUSI berupa passing.
Kesimpulannya, mekanisme produksi aksi sepakbola adalah suatu rangkaian KOMUNIKASI-KEPUTUSAN-EKSEKUSI. Rangkaian komunikasi-keputusan-eksekusi ini perlu dilakukan dalam TEMPO TINGGI sepanjang pertandingan. Proses komunikasi membutuhkan referensi taktik tim. Proses keputusan membutuhkan wawasan taktik individu. Eksekusi ditentukan oleh kemampuan teknik sepakbola. Sedangkan tempo tinggi sepanjang pertandingan membutuhkan fisik sepakbola.
Ini merupakan fakta sepakbola yang tak terbantahkan. Sebab tidak mungkin Rico melakukan passing, tanpa berkomunikasi sebelumnya dengan Motta. Mustahil pula Rico melakukan eksekusi passing, sebelum memutuskannya. Mekanisme produksi aksi sepakbola: komunikasi-keputusan-eksekusi adalah takdir di sepakbola. Layaknya takdir bahwa bumi itu bulat.
Pendekatan Terisolasi?
Teori sepakbola yang ditulis Jan Tamboer menyadarkan kita semua bahwa ada fakta yang tak terbantahkan di sepakbola. Dalam hal ini fakta sepakbola yang menggugurkan pendekatan sepakbola secara terisolir. Seperti diketahui bahwa kita hidup di dunia yang selalu beranggapan bahwa sepakbola dibagi menjadi teknik-taktik-fisik-mental. Klasifikasi tersebut tidak sepenuhnya keliru, karena memang di dalam sepakbola terdapat keempat element tersebut.
Hanya saja, perumusan elemen tersebutlah yang keliru besar. Selama ini yang disebut teknik sepakbola adalah seluruh aksi dengan bola. Misal: passing, dribbling, control, shooting, dll. Sedangkan taktik adalah aksi tanpa bola seperti creating space, pressing, marking, covering. Atau aksi sepakbola grup/tim seperti: wall pass, switching play, compact, spreading out, dll. Lalu fisik tidak berbicara soal aksi tetapi soal daya tahan, kekuatan, kecepatan, dst. Filosofi klasifikasi yang tumpang tindih bukan?!
Kenyataannya, seseorang tidak mungkin lakukan passing, tanpa komunikasi (taktik) dengan rekannya. Ia juga harus mengambil keputusan (taktik) tentang posisi badannya saat passing, kapan ia harus passing, ke arah mana ia harus passing dan seberapa keras passingnya. Lalu keputusannya perlu dieksekusi (teknik). Tentu eksekusi keputusan berdasarkan komunikasi tersebut membutuhkan teknik passing prima. Dilakukan dengan tempo tinggi sepanjang permainan (fisik).
Mengkerdilkan passing sekedar sebagai teknik sepakbola adalah salah kaprah bak mengatakan bumi itu kotak. Hal ini juga berlaku untuk aksi lainnya dalam momen dan fase sepakbola lainnya juga. Ya, aksi creating space juga membutuhkan kualitas elemen taktik-teknik-fisik. Demikian pula dengan aksi pressing, covering, dst. Kesimpulannya setiap aksi sepakbola selalu terkandung tuntutan unsur taktik-teknik-fisik.
Berdasarkan fakta teoritis objektif di atas, maka jelas bahwa setiap aksi sepakbola adalah alat untuk capai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Aksi passing bukanlah bertujuan untuk passing. Sebagai aksi dalam fase bangun serangan, passing punya tujuan untuk menciptakan peluang gol. Dalam hal ini passing adalah alat untuk bisa memprogresi bola ke depan dengan cara melewati lawan atau menggerakkan lawan.
Ini berlaku untuk semua aksi lainnya. Bukan dribble untuk dribble, bukan pula pressing untuk pressing, ataupun covering untuk covering. Seluruh aksi sepakbola haruslah fungsional sesuai momen dan fase permainan sepakbola. Semua aksi sepakbola dalam defending harus berkontribusi pada rebut bola. Sebaliknya semua aksi sepakbola dalam menyrang harus berkontribusi pada penciptaan gol.
SEKIAN
Ganesha Putera
Founder KickOff! Indonesia
*Per Senin, 3 Agustus 2020, KickOff! sajikan rubrik baru bertajuk "Founder's Diary". Namanya juga diary, maka ya harus terbit setiap hari. Ya, ini semacam rangsangan berkomitmen untuk menulis setiap hari. Sebuah kebiasaan baik di masa lampau yang kini mulai pudar. Dukung usaha pelestarian kebiasaan baik ini dengan membacanya setiap hari! Selamat menikmati!